Senin, 21 Juni 2010

Di manakah Surga dan Neraka?


Umat beragama mengenal kata surga dan neraka sebagai tempat atau keadaan dimana jiwa manusia setelah wafatnya mengalami siksaan berupa derita dan sebaliknya ganjaran berupa keadaan yang menyenangkan. Istilah lain adalah siksa kubur dan nikmat kubur di kalangan umat Islam. Tempatnya adalah di alam barzakh atau api pencucian.
Jadi alam barzakh adalah alam dimana arwah manusia mengalami kedua peristiwa itu. Tetapi konon ada jiwa-jiwa yang langsung masuk surga, jadi tidak mampir ke neraka. Di dalam kitab suci Quran ada ayat yang menjelaskan bahwa ada jiwa-jiwa yang ditahan di alam barzah dan kemudian dilepas kembali agar kembali aktif meneruskan tugasnya di muka bumi yaitu mencari ilmu guna menyempurnakan diri.
Az Zumar ayat 42 :
“Allah menerima jiwa (orang) ketika matinya dan jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; Maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditetapkan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda- tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir.”
Jadi Allah menerima jiwa orang mati dan orang tidur di alam barzakh. Orang yang sedang tidur hanya beberapa jam sedangkan jiwa orang mati yang penahannya sudah cukup dilepas kembali ke muka bumi untuk suatu masa yang ditentukan untuk melanjutkan belajar hingga mencapai tujuan.
Arti suatu masa yang ditentukan adalah ketika sang jiwa itu dilepas kembali dibangkitkan melalui rahim ibu (lihat ayat No. 5 Al Hajj) yaitu sejak dilahirkan sampai usia kematiannya. Bisa di usia muda atau pun usia tua. Ini ada hukum sendiri yang mengatur. Itulah maksud dari ayat “suatu masa yang ditentukan”
Apakah tafsir ini tidak menyalahi penafsiran ulama-ulama dahulu. Sebab ulama-ulama dahulu mengatakan jiwa-jiwa orang mati itu ditahan di alam barzakh menunggu datangnya kiamat bumi kita ini.
Kita berterima kasih pada ulama-ulama dahulu yang telah berusaha menyiarkan dan mengamalkan ajaran Quran. Apa bila dalam penafsiran mereka itu salah mereka tetap mendapat satu pahala, apabila benar mendapat dua pahala. Ialah pahala beliau-beliau itu mau bekerja keras berijtihad. Semoga bahagialah mereka
Tetapi kini kita berada di milenium ketiga, zaman sudah banyak berubah maka agaknya perlu juga perubahan dalam penafsiran yang universal dan sesuai dengan maksud tujuan diturunkannya Quran. Perlu paradigma baru beragama.
Apakah maksud dan tujuan sebenarnya dari diturunkannya Quran bagi manusia.
Tujuan yang sebenarnya atau hakekatnya adalah untuk mengangkat derajat manusia ke tingkat yang tinggi di mana pun mereka berada. Sebagaimana ditugaskan kepada Nabi Muhammad yang bersabda “Tidak dibangkitkan daku ke muka bumi terkecuali untuk bertugas menyempurnakan akhlak manusia.”
Akhlak atau budi pekerti yang sempurna adalah dicontohkan oleh sang Nabi sendiri, yang dalam riwayat beliaulah manusia sempurna pengamal ajaran Islam yang patut diteladani.
Manusia yang sempurna dengan sendirinya adalah orang yang sudah suci, tablig, amanah, fatonah dan sidik, kesucian pikiran, kebebasan dari keserakahan, kebencian dan kegelapan batin dan beberapa kriteria lain-lainnya.
Lalu bagaimanakah bilamana seseorang sudah mencapai kesucian seperti Nabi?
Bilamana seseorang sudah menjadi suci seperti para Nabi, Wali-Wali dan Orang-Orang suci lainnya, merekalah yang pulang dahulu kembali kepada-Nya. Inna ilahi wa inna Illaihi rajiun. Nah dalam rangka kepulangan ke Hadlirat Illahi itulah kita semua untuk sementara berusaha meneladani kehidupan beliau-beliau menurut bakat kita masing-masing. Mereka para Wali atau Nabi atau orang suci lainnya itu akan mendapatkan tugas membantu Rencana Illahi. Di sana ada tujuh pilihan sesuai dengan bakat mereka masing-masing.
Jadi hakikatnya adalah bahwa “manusia itu adalah mahluk spiritual yang berasal dari Tuhan/Allah dan akan kembali juga kepada Tuhan/Allah”. Kita sekarang berada di bumi diberi pakaian badan jasmani, tetapi bila kita sudah mencapai kesucian tertentu, menjadi sempurna badan jasmani dilepas dan memakai badan cahaya, menjadi Insan Kamil.
Untuk mencapai kesucian dan kesempurnaan hidup itu tidak cukup manusia hidup satu kali. Jiwa harus turun ke bumi untuk menambah pengalaman hidupnya, beratus-ratus atau ribuan kali turun ke bumi. Setelah mengalami pencucian sekedarnya di alam barzakh. Bilamana jiwa-jiwa ditahan di alam barzakh hingga datang hari kiamat yang menurut para ahli perbintangan usia bumi sekitar 5 milyard tahun lagi, kapankah jiwa-jiwa itu akan belajar menambah pengalaman hidupnya mengamalkan syariat Muhammad agar menjadi sempurna seperti sabdanya? Kepada bangsa Arab pada masa itu karena masih dalam suasana jahiliyah (kebodohan) hanya diberitahu bahwa akan dihidupkan satu kali lagi di dunia masa depan/dunia yang akan datang/atau akherat dan diharapkan sudah mampu masuk ke dalam tingkatan terakhir sebagai manusia/atau menjadi manusia suci dan sempurna. Karena menjadi manusia adalah hanya satu tahapan lanjut setelah kita pernah hidup dalam kerajaan hewan, tetumbuhan, mineral. Dalam masalah ini ternyata Ulama dahulu mengambil penafsiran berdasarkan ajaran Kristen Katolik, yang mengajarkan bahwa kiamat itu datangnya kiamatnya nanti bumi. Dalam hal ini kita harus mampu memisahkan antara kiamatnya bumi dan kiamatnya manusia. Antara jagad besar dan jagad alit. Jangan dicampur adukkan begitu saja.
Jadi katakanlah bila sekarang di alam barzakh banyak jiwa-jiwa yang ditahan sejumlah 50 milyard sedangkan jiwa-jiwa yang sedang dibangkitkan di muka bumi kita keluarga kita dan masyarakat dunia kita sejumlah 10 milyard. Maka jumlah semua jiwa di alam dunia kita sekarang dan di alam barzakh ada 60 milyard. Nah, jadi ayat 42 Az Zumar itu adalah merupakan Hukum Siklus/Perputaran. Ada jiwa-jiwa orang mati yang ditahan dan ada jiwa-jiwa orang mati yang dilepaskan kembali. Itu bergiliran, yang usianya sudah tua, diistirahatkan dulu di alam barzakh (alam penantian) seraya mengalami pencucian. Untuk nantinya setelah istirahat dirasa cukup jiwa dibangkitkan kembali ke muka bumi. Berulang-ulang demikian selama sang jiwa belum mencapai kesempurnaan, tetapi bila sudah suci/sempurna dia tak perlu lagi turun ke bumi untuk menjadi manusia lagi.
Di samping itu ada ayat yang menjelaskan bahwa jiwa-jiwa di alam barzakh itu tidak lama. Ayat 51-52 Al Isra :
“…. Siapa yang akan membangkitkan/menghidupkan kami kembali? Katakanlah “Yang menciptakan kamu untuk pertama kali” lalu mereka mengeleng-gelengkan kepala mereka kepada dan berkata “Kapankah itu (akan terjadi)?” Katakanlah: ”Mudah-mudahan waktu berbangkit itu sudah dekat.”
“Yaitu pada hari Dia memanggil kamu, lalu kamu patuh seraya memuji-Nya dan kamu mengira bahwa kamu tidak berdiam (di alam barzakh) kecuali hanya sebentar saja.”
Jadi ulangan hidup atau kebangkitan itu akan selalu terjadi sebelum jiwa manusia mencapai tingkatan tertentu, untuk kembali kepada-Nya. Perhatikan ayat 4 surat Yunus :
“Hanya kepada-Nyalah kamu akan dikembalikan, sebagai janji yang benar dari Allah (inna lillahi wa inna illaihi rajiun). Sesungguhnya Allah mencipta kan makhluk pada awalnya, kemudian menghidupkan kembali (dibangkitkan kembali melalui rahim ibu Al Hajj : ayat 5) agar Dia memberikan pembalasan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh dengan adil ……”
Demikianlah setiap dihidupkan atau dibangkitkan kembali seseorang menerima pembalasan dari perbuatan baiknya sehingga semua amal-amal baik itu menjadi pengalaman atau pengetahuan yang akan mendekatkan dirinya lagi menuju kesucian tertentu hingga menjadi Insan kamil. Bila jiwa-jiwa orang mati selalu berada di alam barzakh kapankah mereka akan mendapatkan pengalaman untuk mengasah kecerdasan akal pikiran, perasaan, mengembangkan potensi Illahi dalam dirinya?
Demikianlah hidup dan mati adalah satu ujian sebagaimana ayat 2 Al Mulk : “Yang menjadikan hidup dan mati, supaya Dia menguji kamu, siapa di antaramu yang paling baik amal-amalannya …..”
Bila hidup hanya satu kali (katakanlah 100 tahun) dan ditahan di alam barzakh ribuan tahun, kemudian yang masuk neraka akan berada di sana selama-lamanya “kekal dalam neraka” apakah ada ke-Maha Pengasih dan Penyayang-Nya? dan Ke-Mahaadilan-Nya?
Jadi bilamana ada kelahiran bayi dari rahim ibu-ibu itu yang dalam Quran disebut kebangkitan, dan itu terjadi setiap hari di muka bumi ini. Jadi kemarin, sekarang dan besok adalah yang juga banyak bayi-bayi dilahirkan bisa dinamakan hari kebangkitan (bagi jiwa-jiwa bayi yang bersangkutan). Oleh karena itu kita harus pandai-pandai meletakkan arti bangkit pada pengertian yang sebenarnya. Ada kiamat Kubra dan kiamat Sugra atau wafatnya seseorang manusia. Perhatikan ayat 56 Ar Ruum : “Pada hari terjadinya kebangkitan/kiamat (sagir) berkatalah orang berdosa “mereka tidak berdiam (di alam barzakh) melainkan hanya sebentar saja.”
Ayat ini memperkuat ayat 42 Az Zumar (Hukum Siklus Jiwa-jiwa) bahwa jiwa-jiwa orang mati di alam barzakh ada yang ditahan sementara dan kemudian ada yang dilepaskan kembali untuk berbangkit. Kata berbangkit ini lebih tepat dari kata reinkarnasi atau ulangan hidup. Sebab memang peristiwa ini adalah agar potensi Illahiah sang jiwa selalu bangkit bertambah meningkat. Tuhan telah berfirman “ ... kamu pasti akan naik, maju setingkat demi setingkat (menuju kesempurnaan/Insan kamil) Al Insyiqaq ayat 19.
Demikianlah kitab suci Al Qur’an diturunkan di tanah Arab yang pada waktu itu moralnya sedang terjatuh mendekati hewan agar kembali kepada fitrahnya sebagai manusia yang bermartabat luhur.
Akhirnya perlu difahami benar-benar bahwa alam barzakh itu adalah alam keadaan ataupun tempat pensucian para jiwa-jiwa orang mati yang belum mencapai tingkatan kesucian tertentu. Setelah mengalami pembersihan dalam waktu tertentu jiwa-jiwa naik ke alam surga menunggu saat yang ditentukan pula untuk dibangkitkan kembali melalui rahim para ibu (kiamat sagir). Dalam hal ini bukannya tidak ada batas pencapaian kesucian tersebut, batasnya adalah hingga bumi ini masih sanggup memberi zat-zat kehidupan bagi makhluknya. Bila bumi sudah tidak mengandung zat-zat kehidupan lagi dan ada sebagian manusia belum mencapai tingkatan tersebut maka inilah satu diantara tujuan ajaran agama-agama agar segera dalam kehidupan sekarang berusaha mencapai kesucian. Bila tidak kita masuk ke dalam satu alam yang sangat tidak mengenakkan.
Hingga terbentuknya bumi yang akan datang sebagai gerak lanjut dari rencana Illahi menyempurnakan mahluk-mahluk-Nya mencapai kesucian tertentu. Inilah neraka sesungguhnya.
Jadi keberadaan alam surga dan neraka adalah bagian dari tujuh tingkatan alam/langit yang disediakan Allah bagi pengembangan jiwa-jiwa makhluknya menjadi sempurna seperti ‘Bapak yang ada di surga yang sempurna adanya’ demikian umat Kristen mengatakan.
Dalam ajaran Hikmah Illahi / Theosofi dikatakan bahwa surga adalah berada di alam Mental dengan tujuh sub-alam Mentalnya.
Sedangkan Neraka ataupun alam Pensucian adalah berada di sub-sub alam ke tujuh dan keenam dari alam Astral, alam ini berisikan getaran-getaran mengenai kebencian, iri hati /dengki, dendam, korup, serakah, sombong, marah, jahat, bangga dan sebagainya. Di dalam alam ini sama sekali tidak ada api, ataupun di alam manapun kecuali alam jasmaniah di sub alam padat, cair dan gas di bumi kita. Tetapi kita mengetahui dan merasakan bahwa rasa marah dan dendam bisa terasa lebih panas dari panasnya api LPG. Sub-sub alam kesatu, kedua dan ketiga di alam astral berisikan keindahan yang takkan tertandingi tempat manapun di dunia jasmaniah, berisi kasih nan murni, ketulusan, pengabdian yang tidak mementingkan diri sendiri dan sebagainya.
Manusia jiwanya akan tinggal di alam ini bilamana kehidupan sehari-harinya diisi oleh dirinya dengan sifat-sifat kasih, ketulusan dan pengabdian yang tak mengenal kepentingan diri, hingga selubung badan astralnya mati dan kemudian sang jiwa naik ke alam surga alam mental konkrit.
Demikian sang jiwa menikmati kebahagiaan yang tak ada taranya hingga datang waktunya untuk dibangkitkan kembali. Dilepas dari alam barzakh untuk turun ke bumi melalui rahim ibu dengan istilah kiamat (sagir) atau kebangkitan. (Al Hajj Ayat 5) Untuk menunaikan tugas yang diberikan sang Pencipta yaitu agar belajar kembali menambah ilmu hingga mencapai kesempurnaan seperti dikehendaki Nabinya.
Demikianlah tujuan sebenarnya adalah agar manusia kembali pada Tuhan-Nya. “Wahai jiwa-jiwa yang tenang kembalilah pada Tuhanmu dalam keadaan ridho dan diridhoi-Nya… “ (Al Fajr : 27).
Sesungguhnya Hanya Kepada Tuhanmu Kamu Kembali.

Ayahanda Arifin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar