Kamis, 24 Juni 2010

KONTROVERSI LEGENDA KANJENG RATU RORO KIDUL


Fenomena gaib Kanjeng Ratu Roro Kidul atau Ratu Pantai Selatan sangat terkenal di jagat mistik Nusantara. Beragam versi cerita sudah banyak dikemukakan. Bahkan diangkat ke layar lebar.

Sejumlah saksi yang pernah melihat sosoknya banyak dipaparkan. Tetapi siapakah sebenarnya perempuan yang ditahbiskan sebagai Penguasa Laut Selatan itu? Misteri mencoba menyusuri beberapa informasi yang terkait dengannya.

1. Legenda

Ada 2 versi cerita/legenda mengenai keberadaan Kanjeng Ratu Roro Kidul yaitu: Pertama, cerita tentang Kanjeng Ratu Roro Kidul yang berasal dari manusia, kemudian masuk ke alam gaib (jin).

Dikisahkan bahwa Kanjeng Ratu Roro Kidul adalah puteri seorang raja dari isteri pertama. Suatu ketika terjadi intrik dalam kerajaan yang dipicu oleh kecemburuan isteri-isteri raja yang lebih muda. Akibatnya, Kanjeng Ratu Roro Kidul dan ibunya diserang suatu penyakit aneh (teluh/santet) dan diusir dari kerajaan. Si ibu menemui ajal, sedangkan Roro Kidul mencari kesembuhan dengan berdiam di kawasan pantai selatan. Disini, ia berjumpa dengan jin penguasa laut yang menjanjikan kesembuhan penyakitnya tetapi dengan syarat Roro Kidul harus ikut ke dalam kerajaan lautnya. Roro Kidul menyanggupinya. Selanjutnya, Kanjeng Ratu Roro Kidul diangkat menjadi ratu setelah penguasa sebelumnya meninggal.

Uniknya, asal usul daerah Roro Kidul itu juga beragam. Ada yang mengisahkan, Roro Kidul berasal dari tanah Jawa. Tetapi ada juga cerita Kanjeng Ratu Roro Kidul itu adalah kakak dari Saribu Raja yang merupakan keturunan Raja Batak. Nama asli Kanjeng Ratu Roro Kidul adalah Biding Laut.

Kedua, cerita rekaan buatan manusia. Cerita ini berkaitan dengan kisah Sultan Agung, penguasa Kerajaan Mataram. Dikisahkan, ketika Sultan Agung berkuasa, dia berharap agar rakyatnya hidup tentram dan tidak berniat melakukan pemberontakan sebagaimana pernah dialami kerajaan-kerajaan pendahulunya seperti Singosari, Majapahit, Demak, dll. Didorong untuk mencegah terjadinya pemberontakan itulah Sultan Agung mengeluarkan maklumat seputar kebesaran Kerajaan Mataram.

Sultan Agung mengklaim bahwa kekuasaannya bukan hanya meliputi tanah Jawa melainkan mencakup lautannya. Agar supaya klaimnya menjadi logis, maka Sultan Agung memaklumkan pula bahwa dia menjalin kerjasama dengan Kanjeng Ratu Roro Kidul, Penguasa Laut Selatan.

Strategi ini cukup jitu mengingat budaya dan tradisi Jawa yang kental dengan aroma mistik. Bahkan beredar pula cerita bahwa pada bulan Suro (Muharram), masyarakat tanah Jawa dilarang mengadakan pesta atau hajatan, karena di bulan itu Kanjeng Ratu Roro Kidul sedang menyelenggarakan hajatan di kerajaan lautnya. Padahal alasan sesungguhnya karena di bulan Suro itu penguasa Mataram mengadakan pesta, seperti pernikahan kerabat kerajaan.



2. Penuturan 2 orang saksi yang pernah bertemu Kanjeng Ratu Roro Kidul

Pertama, kesaksian Abdul (20 thn), warga Lomanis, Cilacap.

Suatu ketika, ia sedang bersantai di pantai pasir putih Pulau Nusakambangan. Menurutnya, dalam jarak sekitar 50 meter dari garis pantai, ia melihat Sang Ratu menaiki kereta kencana yang di iringi ratusan pengawalnya. Ia melihat gaun Sang Ratu sangat panjang yang membentang dibelakangnya.

Meski ia melihat mahkota di atas kepalanya Sang Ratu, tetapi wajahnya hanya terlihat dari samping. Penampakan yang ia saksikan sekitar jam 20.00 malam disusul dengan hilangnya kesadaran selama hampir satu minggu. Syukurlah, sejumlah Kyai berhasil menyembuhkannya.

Kedua, kesaksian Ahmad Durriati (70 thn), warga kotagede, Yogyakarta. Pengalaman pertama saat ia bersama putranya sedang mengadakan tirakat di pantai Parang Tritis. Menjelang tengah malam, suatu penampakan luar biasa ia saksikan yakni bangunan tembok setinggi sekitar 5 meter yang membentang sepanjang pantai.

Jaraknya kurang lebih 20 meter dari garis pantai. Di beberapa bagian bangunan tembok yang mirip benteng itu, ia dan putranya melihat sejumlah orang yang berada di atasnya, seperti sedang dalam posisi berjaga. Penjaga yang tegak berdiri dengan tombak ditangannya.

Pengalaman kedua terjadi saat ia sakit keras sehingga berada dalam kondisi koma. Dalam ketidaksadarannya itu, ia seolah berada dalam kerajaan Roro Kidul. Disana, ia melihat orang-orang yang sedang sibuk bekerja mendirikan tembok-tembok bangunan layaknya sedang ada pembangunan.

Uniknya, para pekerja memiliki ekspresi wajah memelas, seperti hendak meminta tolong. Mereka seperti bekerja dalam suasana keterpaksaan. Mereka bertelanjang dada dengan hanya mengenakan celana panjang lusuh. Selain itu, sejumlah pria berwajah bengis berdiri mengawasi para pekerja. Boleh jadi para pekerja itu adalah orang-orang yang ketika hidupnya kerap meminta pesugihan.

Selanjutnya, Ahmad Durriati menceritakan saat bertatap muka dengan Roro Kidul. Menurutnya, Sang Ratu duduk di atas kursi singgasana yang lantainya berkedudukan lebih tinggi dari tempat ia duduk. Sejumlah dayang-dayang berdiri sambil membawa kipas.

Kemudian Sang Ratu memberinya sebuah nasehat yang bermakna tauhid. ??Mintalah segala sesuatu kepada Tuhanmu. Jangan meminta sesuatu apapun kepada saya, karena saya tidak berhak memberikannya. Apabila ada manusia yang meminta sesuatu kepada saya. Sebenarnya tidak pernah sekalipun saya memberikannya. Kalau ada manusia yang memuja saya dan meminta sesuatu kepada saya, maka yang memberikan permintaannya adalah dari kalangan warga kerajaan yang memang hendak menyesatkan manusia.?? Demikian kata Kanjeng Ratu Roro kidul.

Sebuh nasehat tauhid yang boleh jadi meruntuhkan semua anggapan bahwa Kanjeng Ratu Roro Kidul sering mengabulkan permintaan manusia yang minta berkah dan pesugihan darinya.

Menurut Ahmad Durriati, apa yang ia alami dalam kondisi koma itu seperti sebuah pemberitahuan bahwa pemujaan dan minta pesugihan hanya sebuah kesia-siaan yang hanya menjatuhkan diri dalam kemusyrikan.

Kalapun ada manusia yang berhasil memperoleh harta atau kedudukan dari hasil pesugihan, itu tidak lebih dari pemberian syetan yang memang bertugas menyesatkan manusia.

Dalam akhir perjumpaannya, Ahmad Durriati diberi pilihan antara kembali ke keluarganya atau tetap tinggal di kerajaan Laut Selatan. Ahmad memilih yang pertama. Kemudian Sang Ratu mengangkat tongkat dan memukul pundaknya. Seketika ia tersentak dan sadar dari kondisi koma yang ia alami selama beberapa hari.

Dari uraian di atas, dapat diambil kesimpulan: pertama, sosok Kanjeng Ratu Roro Kidul tidak pernah ada. Ia hanya dongeng yang beredar secara turun temurun. Sebuah cerita yang tentunya dihasilkan begawan sastra yang sangat mumpuni dalam mengolah bahan cerita.

Kedua, Sosok Kanjeng Ratu Roro Kidul benar-benar ada. Ia bisa saja berasal dari jenis manusia yang menjadi siluman atau termasuk bangsa jin. Asal daerah pun bisa dari tanah Jawa atau dari luar Jawa.

Berdasarkan pengalaman Ahmad Durriati, kemungkinan Kanjeng Ratu Roro Kidul tergolong jin Muslim yang meyakini adanya Tuhan Yang Maha Esa.

Selasa, 22 Juni 2010

Tolonglah Dirimu Sendiri

Pengantar.
Tulisan ini diilhami dari buku Iman Al Ghazali yang berjudul “Surat-surat Imam Al Ghazali kepada Para Ulama, Penguasa dan Pejabat” dimana dalam isi suratnya beliau mengulas masalah orang yang sedang menghadapi sakaratul maut. Pada saat itu diperlihatkan kemampuan batin untuk melihat memori sejarah hidupnya sejak lahir hingga saat itu.
Nah dari dialog itulah didapat pelajaran penting bagi yang bersangkutan dalam menilai segala amal-perbuatan yang telah dilakukannya selama kehidupan duniawinya. Jadi tulisan ini terutama ditujukan untuk para manula seperti halnya penulis, sebagai sumbangan pemikiran dan untuk menambah informasi bagi mereka yang memerlukannya. Semoga bermanfaat.
Artikel ini berjudul “Tolonglah dirimu sendiri”. Sebab apa kita harus menolong diri sendiri? Sebab di samping sesuai dengan penalaran sehat, juga sesuai dengan ajaran agama-agama. Dalam Al Quran ada peringatan demikian “Allah tidak akan menolong kaum, yang tidak mau berusaha menolong dirinya sendiri” Ar Raad ayat 11. Itulah alasan penulis.
Maka pertanyaan selanjutnya adalah “pertolongan apakah yang harus dikerjakan oleh seorang lanjut usia bagi dirinya sendiri”? Itu adalah agar seorang lanjut usia atau siapapun berusaha mencari ilmu pengetahuan yang akan menyelamatkan kehidupannya di dunia ataupun di hari kemudian nanti dan di akherat.
Jadi yang terutama harus diusahakan selama masih hidup di dunia ini adalah berusaha mencari ilmu pengetahuan walaupun sampai ke Negeri China. Seperti peringatan Nabi Muhammad “Barangsiapa yang menginginkan keselamatan dan kebahagiaan hidup di dunia, dia harus berilmu. Barangsiapa yang menginginkan keselamatan dan kebahagiaan hidup di akherat, dia pun harus berilmu. Barangsiapa menginginkan keselamatan hidup di dunia dan kehidupan akherat maka dia pun tetap harus berilmu.“
Jadi jelasnya bila kita ingin selamat dimana pun kita berada kita harus berilmu. Dengan ilmulah kita akan mendapatkan keselamatan dan kebahagiaan kemudian kebebasan. Ilmulah yang akan menolong kita agar tidak terjerumus ke dalam lembah derita.
Para manusia lanjut usia (lansia) yang telah melampaui usia enampuluhan tentulah karena berilmu, tetapi apakah juga akan selamat dan bahagia di kehidupan mendatang? Mudah-mudahan juga akan mendapatkan itu.
Bila ada lansia yang meragukan hal itu, inilah informasi bagi mereka-mereka yang mencari informasi atau ilmu semacam itu. Sebab ilmu juga merupakan cahaya yang menerangi jalan ke surga.
Sakaratul Maut
Bagi umat Islam, banyaklah peringatan-peringatan yang diberikan Nabinya, agar selalu mengingat akan mati, dengan itu akan selalu menyadari bahwa hidup bersifat sementara. Dan dalam kesementaraan itulah kita harus bersiap-siap menghadapinya, karena ternyata ada lanjutan dari kehidupan sekarang dan harus dihadapi juga. Masuk ke alam barzah dan kemudian ke alam akherat.
Oleh karena itulah informasi kehidupan di seberang sana itu perlu dan penting untuk diketahui dan dipelajari, sehingga persiapan untuk masuk ke daerah sana tidak akan sia-sia. Dalam hal ini Al Quran telah memperingatkan “Barang siapa yang tak berpengetahuan di dunia ini (buta mata hatinya), maka di akheratpun demikian pula halnya dan bisa tersesat dari jalan yang benar.” Al Isra ayat 72.
Tetapi karena Tuhan Maha Bijaksana, maka beliau mengajarkan agar seseorang mendapatkan pertolongan pada saat menghadapi sakaratul maut yang menakutkan bagi sebagian orang.
“Wahai Tuhanku masukanlah daku dari pintu yang indah. Dan keluarkanlah pula daku dari pintu nan indah. Berilah dari sisimu satu kekuatan untuk menolongku…..” Al Isra ayat 78
Penafsiran dari ayat itu adalah masukanlah dari pintu nan indah, adalah agar jiwa dapat keluar dari badan jasmani dalam keadaan baik/selamat masuk ke alam barzah/astral, melalui kepala.
Keluarkanlah dari pintu nan indah pula. Penafsirannya adalah ketika jiwa sudah lama ditahan di alam barzah agar dilepas/dibangkitkan ke muka bumi dalam keadaan baik dan selamat pula, melalui Rahim Ibu-Ibu (lihat pula Al Hajj ayat 5)
Perlu diketahui juga bahwa menurut ajaran Tarekat/Tasauf, jiwa-jiwa orang yang sudah meninggal itu dapat dibagi tiga:
1. Kembali pada haknya Adam
2. Kembali pada haknya Muhammad dan
3. Kembali pada haknya Allah.
Tujuan yang utama adalah kembali kepada haknya Allah (Inna illaihi rajiun) karena itu yang belum mampu dia harus kembali pada haknya adam dan dia harus balik ke muka bumi lagi, karena belum mampu menyucikan dirinya, belum mampu mengalahkan nafsu-nafsu duniawinya bahkan masih dikuasai olehnya. Dalam pandangan Okult, inilah ajaran keharusan sang jiwa untuk kembali ke dunia agar mengulangi pelajaran-pelajaran menyucikan diri lagi se hingga mencapai kesucian tertentu yang telah digariskan.
Pembaca yang budiman. Betapa lengkap Al Quran memberikan pelajaran pada manusia agar berdoa mohon bimbingan agar nanti dalam menghadapi sakaratul maut diberi kemudahan/keselamatan. Agar nanti diberi kemudahan dan keselamatan pula pada waktu dibangkitkan ke dunia melalui Rahim Ibu-Ibu, yaitu dengan pertolongan para makhluk halus/para Malaikat.
Pembaca yang budiman, memang doa tersebut adalah pengajaran agar umat Islam nantinya dibangkitkan di kampung akherat di satu tempat yang terpuji (bukan tempat yang kumuh), setelah mereka mengerjakan sembahyang sunah di malam hari jam dua malam. Lihat ayat Al Israa ayat 78-80 dan An Nahl ayat 30.
Agar benar-benar memahami maksud dan tujuan doa tersebut, maka perlu sekali memahami dan kemudian membedakan antara alam barzah, alam akherat, tujuh tingkatan alam, tujuh bumi, dan seterusnya.
Tujuh tingkatan alam
Adanya tujuh tingkatan alam dijelaskan dalam berbagai ayat Al Quran diantaranya ialah dalam surat An Naba, Nuh, Al Mulk, Al Muminun, Al Qaf, Fushilat, Ath Thalaq . Tetapi dalam Al Quran disebut sebagai tujuh tingkatan langit. Yang berada di alam semesta raya ini. Katakanlah alam pertama adalah daerah dimana Matahari kita berada, satu daerah yang menjadi sumber kehidupan di muka bumi, tetapi mempunyai derajat kepanasan yang luar biasa, juga getaran yang sangat tinggi luar biasa dan memancarkan gelombang getarannya ke daerah sekelilingnya. Ketika gelombang getaran yang panas itu tiba di bumi, maka getarannya sudah sangat lemah sehingga menjadikan bumi mampu menjadi tempat proses bertumbuhkembangnya makhluk-makhluk yang beraneka ragam.
Nama alam-alam dalam ajaran Tasauf adalah:
Alam Ahadiyah
Alam Wahidiyah
Alam Wahdaniyah
Alam Lahut / Arwah
Alam Malakut / Ajsam
Alam Jabarut / Mitsal
Alam Nasut / Insan Kamil
Alam-alam tersebut mempunyai getaran, warna-warna, kehalusan dan juga sifat-sifat yang berbeda-beda. Alam-alam itu dapat dibagi menjadi dua. Yang kekal dan yang tidak kekal, batasnya adalah di antara/di tengah alam Malakut. Jadi ada alam Malakut yang tinggi /luhur dan ada alam Malakut yang rendah. Dari alam malakut rendah ke alam jabarut inilah disebut alam barzah, alam penantian atau alam kubur dimana para arwah-arwah manusia yang sudah meninggal menunggu dibangkitkan kembali ke muka bumi. Yang dimaksudkan adalah kebangkitan melalui Rahim Ibu-Ibu, sebagaimana dimaksudkan dengan ayat 5 surat Al Hajj, yaitu kiamat sugra. Di kalangan kaum Okult, alam ini dinamakan Triloka.
Adapun sifat dari alam Triloka ini adalah menarik manusia agar tetap menjadi penghuni bumi, sedangkan sifat alam Malakut luhur adalah menarik jiwa-jiwa manusia agar pulang ke sumber asal nya. Inna illaihi rajiun. Jadi ada dua kekuatan: gravitasi matahari menarik jiwa-jiwa manusia ke atas dan gravitasi bumi menarik jiwa-jiwa manusia agar tetap mencintai bumi. Sebelum jiwa manusia mampu membebaskan diri dari triloka maka dia harus bolak-balik datang ke bumi untuk belajar… belajar ... dan … belajar lagi,
Tantangan bagi Jin dan Manusia
Tuhan berbicara melalui Ar Rahman ayat 33, menantang jamaah jin dan manusia :
“Hai jamaah Jin dan Manusia jika kamu sanggup menembus batas penjuru bumi dan langit, maka tembuslah. Kamu tak akan mampu menembusnya kecuali kamu mempunyai kekuatan.” Ini adalah ulangan kata-kata dari Bhagavad Gita:
“Wahai yang terbaik di antara manusia, hanya ada dua jenis manusia yang mampu menembus langit untuk menuju Brahman. Mereka adalah para SANIASIN yang menjalani yoga dan para KSATRIYA yang gugur di medan perang.”
(Yoga adalah pengetahuan untuk bersatu dengan Brahman)
Tetapi dalam Al Quran ada lagi ayat yaitu pada surat Shaad ayat 10:
“Atau bagi mereka Kerajaan yang ada di langit dan bumi, maka cobalah mereka berlomba-lomba naik melalui tangga menuju kerajaan langit itu.”
Itulah satu tantangan yang menarik bagi jamaah jin dan Manusia, agar manusia mengerti ada tujuan tertinggi dalam kehidupan ini sebagaimana panggilan-Nya:
“Hai jiwa-jiwa yang tenang kembalilah kepada Tuhanmu dalam keadaan ridho dan diridhoi Nya ….” Al Fajr ayat 28-30.
Nah, itulah satu tantangan dan juga satu pelajaran, agar manusia mengetahui tujuan hidup akhir dan harus berusaha untuk mencapainya. Pulang ke Hadlirat-Nya, dengan menghimpun segala kekuatan dan kemampuan menembus penjuru langit dan bumi.
Untuk mendapatkan kekuatan, tentunya manusia harus banyak pengetahuan, agar banyak pengetahuan harus banyak belajar, banyak membaca. Itulah agaknya ayat pertama yang turun adalah iqra… iqra… iqra… bacalah… bacalah….bacalah.
Dengan membaca dan merenung maka akan disadari bahwa hanya seseorang yang berpengetahuan, keimanan, kesucian dan berjiwa tenang yang akan cepat untuk mencapai tujuan akhir.
Lalu bagaimanakah dengan mereka yang belum berminat, untuk pulang ke Hadlirat-Nya, untuk menembus penjuru langit dan bumi? Keluar dari siklus alam barzah/alam triloka? Inilah satu hal yang belum banyak direnungkan oleh umat Islam, mereka lebih suka berkunjung ke Tanah Suci/ber-Haji yang jaminannya adalah surga
Maka inilah satu tantangan pula bagi umat Islam khususnya. Karena dia sudah diberi perangkat kehidupan berupa, badan jasmani, akal, hati, jiwa dan roh yang seharusnya digunakan untuk memahami hubungan alam-alam dan manusia/makhluk yang hidup di dalamnya secara maksimal, kemudian melaksanakan dalam kehidupan agar cepat tercapai tujuan hidup yang hakiki.
Siklus Jiwa-Jiwa
Agar kita mendapatkan wawasan yang lebih luas lagi, kita harus berani menegakkan ajaran agama yang sesuai dan maksud yang hakiki dalam Al Quran dan Al Hadits. Tanpa keberanian berfikir kritis kita tak akan mendapatkan pengetahuan yang berguna dalam hidup ini.
Sesungguhnya Al Quran telah mengetengahkan ajaran yang terang dan jelas, tetapi karena begitu jelasnya, malahan pandangan mata menjadi kabur sehingga tak mampu memahami apa-apa yang tersirat di dalamnya.
Ayat berikut ini adalah satu hukum di daerah tiga alam/triloka dimana jiwa-jiwa orang yang sudah meninggal berdiam, menunggu dibangkitkan kembali/kiamat sugra. Dibangkitkan melalui Rahim para Ibu. Ia dinamakan hukum Siklus jiwa-jiwa. Jiwa-jiwa manusia yang belum mencapai kesucian tertentu, karena masih lebih mencintai dunia, belum ada kecenderungan untuk naik ke tingkatan yang lebih tinggi :
Allah berfirman “Di bumi ini kamu hidup dan di bumi ini kamu mati dan dari muka bumi pula kamu akan dibangkitkan.” Al Araaf ayat 25.
Bila Anda ragu-ragu tentang arti kebangkitan maka kebangkitan adalah ……. ”Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi ………” Al Hajj ayat 5.
Jadi bila kita mendengar di bumi ini setiap hari ada 300.000 bayi-bayi dilahirkan maka itulah yang dinamakan hari kiamat ….
Apa yang tersirat dalam ayat 5 Al Hajj itu sangat jelas, bahwa setiap saat setiap detik hari ini ada bayi yang dilahirkan, agar nanti jiwanya bangkit maju tumbuh berkembang naik ke atas.
Dari manakah datangnya jiwa-jiwa bayi yang baru lahir itu? Ayat berikut ini memberi penjelasan:
“Allah menerima jiwa-jiwa orang mati dan tidak mati dalam tidurnya di alam barzah. Dan menahan yang Ia hukumkan mati atasnya. Kemudian melepaskan yang lain, untuk suatu masa yang ditentukan. “ Az Zumar ayat 42.
Menurut penjelasan ayat tersebut, maka ada jiwa-jiwa yang dita han Allah di alam barzah, ada pula jiwa-jiwa yang dilepaskan dari alam barzah dibangkitkan kemuka bumi melalui rahim para Ibu untuk suatu masa yang ditentukan (umurnya selama hidup di muka bumi).
Jadi jiwa-jiwa yang berada di alam barzah, ditahan menurut ketetapan Allah, sampai hari kebangkitan setelah ada masa penahanan kemudian dilepaskan (lihat ayat 56 Ar Ruum)
Dan berkata orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan (esoteris) dan keimanan “ Sesungguhnya kamu telah lama berdiam di alam barzah/alam kubur menurut ketetapan Allah, sampai hari berbangkit. Maka sekarang inilah hari kebangkitan itu, yang kamu tidak meyakininya.”
Jelas sekali jiwa-jiwa berdiam/ditahan di alam Barzah menurut ketetapan Allah sampai waktunya dia dilepas harus berbangkit, maka sekarang inilah (ketika jiwa-jiwa sudah masuk ke rahim para Ibu menjadi bayi-bayi) harus dilahirkan berbangkit. Dengan demikian dimana ada bayi dilahirkan itulah dinamakan hari kebangkitan jiwa-jiwa manusia/atau yang dinamakan kiamat sugra. Kita harus bisa membedakan antara kiamat bumi/kubra dan kiamatnya manusia/kiamat sugra. Masing-masing harus diletakkan pada tempat dan saat yang tepat dan benar. Kiamat kubra satu paket dan kiamat sugra satu paket.
Kiamat kubra adalah hari pengadilan besar dimana umat manusia nantinya di seleksi besar-besaran, sehingga nantinya ada yang masuk ke golongan kanan dan ada pula yang masuk ke golongan kiri. Nah agar kita tidak termasuk ke golongan kiri kita harus bekerja keras membantu Rencana Illahi, harus banyak belajar hingga sebelum datangnya hari kiamat itu kita sudah mampu naik ke tingkatan manusia suci atau masuk ke golongan kanan.
Sedangkan golongan kiri akan dihisab di alam barzah untuk masa yang sangat lama, kemudian dibangkitkan di bumi mendatang dikumpulkan dengan makhluk-makhluk yang baru menjadi manusia. Ini juga satu hukuman, karena harus membimbing mereka, berkumpul dengan mereka orang-orang primitif, sementara saudara-saudaranya yang masuk golongan Kanan sudah berada di dalam surga, atau tugas-tugas lain membantu Rencana Illahi.
Apakah Anda sudah memahaminya, bahwa tujuan akhir kehidupan adalah menjadi manusia sempurna sebagaimana tujuan yang digariskan Nabi Muhammad “Tidak dibangkitkan daku ke muka bumi kecuali untuk menyempurnakan akhlak/budi pekerti umat manusia.” Sekarang bilamana sejak kematian seseorang dan jiwanya berada di alam barzah menunggu datangnya kiamatnya bumi, untuk dibangkitkan, dan langsung masuk pengadilan besar, untuk divonis masuk surga atau neraka. Maka kapankah jiwa-jiwa itu akan belajar mempelajari syariat Muhammad, agar juga mencapai kesempurnaan seperti anjuran Nabinya? Menjadi Insan kamil.
Bukankah ayat yang jelas adalah bahwa dalam siklus jiwa-jiwa dikatakan….. Dia melepas yang lain untuk satu masa yang ditentukan…. Az Zumar ayat 42 dan tidak dikatakan…. menunggu sampai datangnya kiamat besar…..?
Bukankah menurut para ahli Astronomi bumi ini masih akan bisa bertahan hingga lima milyard tahun lagi, lalu apakah yang diperbuat oleh jiwa-jiwa manusia yang berada di alam barzah itu? Sedangkan tujuan kehidupan adalah menyempurnakan diri.
Agaknya inilah satu PR bagi para ulama dan memang umat Islam sudah lama terbelenggu oleh pemikiran, yang sudah tidak sesuai dengan zaman dan agaknya memang terkena pengaruh dari ajaran lain sehingga karena pengaruh itu penafsiran tidak sesuai dengan Hukum-hukum Illahiah yang diajarkan Al Quran sendiri.
Hukum Siklus jiwa-jiwa telah jelas bahwa ada jiwa orang mati yang ditahan di alam barzah dan ada jiwa-jiwa yang dilepas kembali (setelah menetapi masa yang ditentukan Allah, Ar Ruum ayat 56) Jadi siklus itu akan berjalan terus selama seseorang belum mampu menghentikannya, yaitu ketika seseorang sudah mencapai tingkatan kesucian tertentu. Ini akan berlangsung sampai hari kiamatnya bumi. Makanya kita harus menggunakan waktu yang ada sekarang untuk belajar sebanyak-banyaknya agar mampu mencapai kesucian yang dimaksudkan dan nantinya masuk golongan Kanan.
Hukum siklus jiwa-jiwa telah dijabarkan dalam surat Al Baqarah ayat 28 : “Mengapa kamu tidak beriman kepada Allah, padahal dulunya kamu mati (berada di alam barzah), lalu Ia hidupkan kamu (dibangkitkan kembali melalui rahim ibu ke muka bumi), kemudian matikan kamu (dan berada di alam barzah) dan menghidupkan kamu lagi (melepaskan kembali ke muka bumi melalui rahim ibu” (Al Hajj ayat 5), kemudian kepada-Nyalah kamu dikembalikan“
Jadi sangat jelas adanya siklus hidup dan mati yang berulang itu tujuan akhirnya adalah mencapai kesempurnaan/kembali pada-Nya/Inna illaihi rajiun.
Contoh siklus hidup manusia… periode kegiatan sejak pukul 6 pagi hingga 6 sore, dilanjut dengan periode istirahat dari pukul 6 sore hingga pukul 6 pagi hari…. Siklus ini berjalan terus hingga seseorang mencapai usia tua…. Masa kegiatan adalah untuk belajar mengembangkan potensi diri agar tumbuh maju.
Contoh siklus Jiwa manusia adalah … hidup dari bayi hingga masa tua. Dari masa kanak-kanak dia belajar membentangkan potensi dirinya hingga sampai masa tua. Setelah masa tua diberi istirahat /ditahan di alam barzah menurut ketetapan Allah dan untuk menyucikan diri seraya menghimpun tenaga/kekuatan lagi. Setelah itu sang jiwa dilepas kembali melalui rahim ibu untuk bangkit lagi di muka bumi di kampung atau negeri akherat. Dia mendapatkan jasmani baru, sehingga mempunyai potensi yang segar dan baru guna membentangkan potensi dirinya seraya melanjutkan pelajaran yang belum dikuasainya di muka bumi. Demikian terus-menerus.
Ayat 28 Al Baqarah adalah pelajaran dasar mengenai adanya ulangan hidup dan tujuan akhirnya, kembali pada-Nya dan berlangsung di muka bumi ini juga, sebab manusia adalah makhluk bumi (Al Araaf 25) jadi tidak ada jiwa-jiwa yang harus menunggu hingga datangnya kiamat bumi untuk dihizab. Sebab apa? sebab Allah itu akan menghizab atau memperhitungkan segala amal perbuatan manusia itu secara cepat, tidak menunggu hingga kiamatnya bumi …. Dialah pemegang Hukum Yang Adil dan membuat perhitungan dengan cepat….” Al An’aam ayat 62.
Jadi yang dinamakan negeri atau kampung akherat itu adalah di muka bumi ini juga dunia masa depan sebagaimana H. Agoes Salim dan filosof Ibnu Arabi mengatakan “ ….. manusia dalam kehidupan akherat senantiasa berpindah-pindah dari satu keadaan ke keadaan yang lain seperti keadaan mereka di dunia juga ….” Artinya proses belajar bagi manusia tetap berlangsung dan pembukaan hijab-hijab berlangsung terus tak kunjung henti hingga mencapai titik kesempurnaan.
Jadi dengan itu hukum Siklus mengharuskan manusia dibangkitkan kembali ke bumi, mengulangi kehidupan sebagai manusia agar belajar dan terus belajar hingga mencapai titik finis, mencapai kesucian tertentu hingga menjadi sempurna. Mampu menembus penjuru langit dan bumi.
Allah menjadikan Matahari sebagai sumber kehidupan makhluk-makhluk di planet-planet anggotanya, di bumi-bumi yang tujuh, di langit-langit yang juga, tujuh, sehingga makhluk-makhluk di dalamnya dapat berkembang membentangkan potensi dirinya.
Dijadikan Bumi berputar pada porosnya, seraya mengedari Matahari sehingga terjadilah musim dan periode siang dan malam. Malam hari untuk sebagian besar makhluk adalah untuk beristirahat dan siang hari untuk bekerja mengadakan kegiatan.
Di antara tujuh bumi yang disediakan Allah, maka manusia sedang menggunakan Bumi yang keempat. Yang tiga sudah kiamat dan yang tiga lagi sedang dipersiapkan.
Pada waktu bumi ini menggantikan bumi yang lain, karena bumi yang lain itu sudah tak mengandung zat-zat kehidupan lagi. Al Qur’an Ibrahim ayat 48. Menurut pakar Astronomi, bumi kita masih berupa kabut gas yang menyala-nyala hingga berproses beberapa ratus juta tahun. Barulah setelah permukaannya agak mendingin dan membentuk daratan yang memungkinkan kehidupan makhluk-makhluk, barulah dibentuk atau dalam istilah agama dibangkitkan kembali makhluk-makhluk dari jenis mineral, tetumbuhan, hewan dan manusia berdasarkan apa-apa yang telah dihasilkan oleh bumi yang sudah kiamat itu. Dalam ajaran agama dikatakan bahwa adam itu diturunkan dari surga, maka maksud yang sebenarnya adalah dari bumi-bumi yang sudah kiamat itu/bumi-bumi yang zat-zat kehidupannya sudah habis digunakan oleh para makhluk pada saat itu. Maka karena makhluk-makhluk itu ditakdirkan agar dapat kembali pada penciptanya, mereka dibangkitkan kembali di bumi kita ini, agar melanjutkan pelajaran dan membentangkan potensi Illahi yang ada dalam dirinya. Sebagaimana anjuran Nabi Muhammad “Tumbuhkanlah sifat-sifat Tuhan dalam dirimu.”
Sedangkan bila bumi kita ini kiamat, maka para makhluk dipindahkan ke bumi yang akan datang termasuk manusia yang belum mencapai titik finish dalam kehidupan sekarang ini.
Nah itulah tujuan Allah menciptakan tujuh bumi di dalam tujuh tingkatan langit/alam agar nantinya di bumi yang ketujuh semua makhluk sudah mencapai tingkatan kesucian tertentu atau sudah mencapai kesempurnaan seperti yang telah digariskan. Bilamana semua makhluk telah mencapai tingkatan yang digariskan maka selesailah satu Manvantara dan kiamat besar pun terjadilah. Ayat dalam Al Quran adalah An Najm ayat 42 “...Akhirnya kepada-Nyalah semua akan kembali segala sesuatu…”
Pembaca yang budiman. Demikianlah agaknya pengetahuan mengenai alam barzah alam akherat dan bumi-bumi kita yang tujuh di langit yang tujuh di alam semesta ini. Sebagai bekal nanti bagi seorang lansia yang akan menemui dialog pada saatnya sakaratul maut, berdialog dengan dirinya sendiri, setelah melihat memori kehidupan yang melintas di hadapannya. Dari dialog yang sangat singkat itu tentunya akan dihasilkan satu keputusan atau kesimpulan yang bermanfaat digunakan di alam barzah.
Pengetahuan yang penting
Sebagaimana telah dijelaskan bahwa keselamatan dan kebahagiaan akan diraih bila kita berilmu. Maka dengan ilmu pula kita akan mampu mengatasi rasa takut, karena kita telah mengetahui semua proses yang telah dan akan terjadi. Dan semua berdasarkan hukum sebab akibat. Dengan tidak membuat satu sebab yang akan membuat menderita, maka tak ada akibat yang harus ditanggungnya. Itulah ilmu atau pengetahuan yang penting, di samping ada ilmu pengetahuan lain yang juga penting ialah pengetahuan tentang adanya kehidupan di seberang sana, suatu pengetahuan yang harus dimengerti sungguh-sungguh, kehidupan di alam barzah alam kubur atau alam penantian.
Seorang okultis besar Dr. Annie Besant mengatakan bahwa yang ia temukan di seberang sana ialah bahwa baik orang laki-laki atau wanita yang telah melalui pintu gerbang sakaratul/kematian orang itu tak berubah tetapi masih sama, berwujud seperti pada waktu ketika berjasmani. Adanya peralihan itu tak membawa perubahan besar (seperti sering dijumpai dalam mimpi)
Di seberang sana di alam kubur, kita akan sama halnya dengan di sini. Kematian tidak membuat satu keajaiban. Bila seseorang meninggal dan masih membawa segala keinginan-keinginan duniawi yang masih kuat dalam dirinya, maka ia akan bangun di seberang sana dengan segala keinginan-keinginan yang kuat itu pula. Segala keinginan, perasaan dan kebutuhan akan sama.
Bila demikian halnya kita dapat menganalisa keadaan di sana. Apakah Anda akan berbahagia atau menderita adalah tergantung analisa Anda sendiri.
Pernahkah Anda mendengar satu ayat dalam Al Quran “…. Ketahuilah bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah satu permainan dan sesuatu yang melalaikan …” Al Hadid Ayat 20.
“Kekayaan dan putera adalah perhiasan dunia dan amal baik yang tetap kebaqaannya di sisi Tuhanmu adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhan dan baik menjadi harapan …” Al Kahfi ayat 46.
Maka agaknya berdasarkan ayat-ayat tersebut umat beragama dilatih, diberitahu agar tidak terlalu cinta dunia, cinta kepada kehidupan dunia yang akan membawa derita di alam sana, agar berlatih menahan diri dari makan minum yang berelebihan, sex, emosi, pikiran buruk dan semua sifat negatif, sehingga dengan adanya latihan itu nantinya akan dengan mudah ditinggalkan bila waktunya naik ke alam sana.
Sekarang kita bayangkan bila kita mempunyai hobby yang rendah dan kasar, maka di alam sana kita tak akan dapat melampiaskan hobi tersebut karena kita tidak mempunyai badan jasmani lagi.
Seorang pemabuk/perokok atau seorang yang mempunyai hobi makan enak, akan menderita karena di sana tidak ada barang-barang tersebut. Seorang yang dalam kehidupan dunia selalu menyerah kepada keinginan nafsu-nafsu badan wadagnya, yang kasar dan bersifat kebendaan, tak diragukan lagi bahwa orang tersebut akan banyak mengalami derita di alam sana.
Di sini kita perlu peringatan Tuhan “Bahwa Tuhan tak menganiaya manusia, tetapi manusia itu sendiri yang menzalimi dirinya ….”
Juga peringatan sang Nabi “Ingatlah bahwa segala perbuatanmu itu akan dikembalikan kepadamu sendiri, sehingga seolah-olah kamu sendirilah yang menciptakan hukumanmu….”
Jadi jelaslah bahwa segala derita atau bahagia yang ditemukan di alam sana adalah akibat dari dalam diri manusia itu sendiri, maka diri Anda sendirilah yang menjadi pelindung yang aman.
Penderitaan atau kebahagiaan di sana adalah akibat mutlak dari watak yang telah dikembangkan semasa kehidupan dunia. Maka bilamana mereka mampu menundukkan kecenderungan-kecenderungan yang negatif ini, mereka seketika akan bebas. Nah disinilah kita bertemu lagi tentang perlunya satu ilmu pengetahuan.
Sebagai kata penutup perlu diketahui bahwa manusia adalah makhluk istimewa yang “diciptakan” berproses melalui 7 tingkatan alam, sehingga mempunyai 7 badan pula. Badan jasmani adalah yang terpadat. Bila jasmani mati, masih ada 6 badan lagi, badan perasaan, pikiran, intuisi dan seterusnya. Di antara 7 badan itu kita baru menggunakan tiga per tujuhnya, maka tugas sekarang adalah berusaha mengaktifkan yang empat per tujuhnya agar mencapai tingkatan manusia sempurna, mampu menembus penjuru langit dan bumi.
Arifin

Agama Adalah Akal

Penulis pernah menghadiri suatu ceramah. Dikatakan oleh penceramah bahwa bangsa Indonesia sekarang sedang mengalami krisis yang sangat parah, antara lain adalah menjadi bangsa yang takut menggunakan akal, tidak mau dan malas berpikir.
Ini terjadi mungkin diakibatkan penjajahan Belanda yang lama atau mungkin kurang gizi dalam makanannya. Kemungkinan lain yang dikatakan penceramah adalah karena sekarang mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam, tetapi pada waktu Islam datang ke Indonesia di abad ke-14 adalah ajaran Islam yang kurang bermutu. Pada abad itu Islam sedang dalam grafik menurun/di bawah sehingga ajarannya pun kurang bermutu. Dalam menerima ajaran mereka tidak menggunakan akal, tetapi menurut, meniru saja secara turun temurun saja atau taklid kepada fatwa ulama. Padahal ada anjuran Nabi yang mengatakan “Agama adalah Akal, tidak ada agama bagi orang tak menggunakan akal“
Akal itu sangat penting dalam menentukan keselamatan hidup di dunia dan dunia masa depan. Sebagaimana hadits mengatakan :
“Barang siapa ingin mendapatkan keselamatan dan kebahagiaan hidup di dunia, dia harus berpengetahuan. Barangsiapa yang ingin mendapatkan keselamatan hidup di akherat, dia harus berpengetahuan. Dan barang siapa yang ingin hidup selamat hidup di dunia dan akherat dia juga harus berpengetahuan“.
Jadi kunci agar dapat hidup selamat dan bahagia adalah berpengetahuan. Pengetahuan itu tak akan dapat dicari tanpa proses berpikir, yaitu dengan akal. Akal tak dapat bekerja penuh tanpa belajar/studi. Studi itu perlu banyak membaca. Itulah mengapa ayat pertama dalam Quran adalah iqra … bacalah …
Dalam kaitannya dengan masalah Ibadah haji, kita bangsa Indonesia menerima warisan begitu saja dari para ulama terdahulu. Dengan mempelajari sejarah kita tahu bahwa gelar haji itu dulunya tidak ada. Ada Ulama dari negara Mesir. Rektor Universitas Al Azhar Cairo, Dr Sayyid Razak Thawil (1997) menolak pemakaian gelar “haji” bagi yang telah menyelesaikan ibadah haji tersebut, alasannya adalah pada zaman Nabi hidup maupun di zaman sesudahnya, zaman sahabat ataupun bahkan Tabiin gelar haji tersebut tak pernah ditemukan,
Betapa banyak korban akibat dari orang-orang mengejar gelar tersebut yang biasanya diembel-embeli dengan surga. Contoh “karena tidak berpengetahuan, seseorang berhutang uang kesana kemari untuk biaya naik haji, sepulang dari ibadah haji mendadak sakit dan akhirnya meninggal. Siapakah yang mencicil hutangnya. Bukankah ini membuat derita keluarganya. Dan bukankah ini berarti melanggar ajaran agama, karena agama bukan menjadikan seseorang menderita.
Ada lagi yang naik haji dua tiga kali membuang-buang biaya, padahal wajib yang dicontohkan Nabi hanya satu kali tok, yah itu semua akibat tidak berpengetahuan, karena tidak mengerti tujuan hakiki dari ajaran agama.
Ada ungkapan mengatakan “Syareat Haji wajib dilaksanakan Hakekat Haji wajib keselamatan” Coba mari kita pikirkan memakai akal sehat mana yang harus didahulukan. Jadi disini ada dua tingkatan syariah haji dan hakekat haji. Siapa yang sudah melaksanakan ibadah haji ke Mekah kiasannya adalah Haji Majasi, tetapi seseorang yang sudah Tajali, mengenal, mengetahui dan bersatu dengan Tuhannya atau istilah Jawanya Manunggaling Kawula lan Gusti itulah Haji Hakiki, Seseorang yang Insya Allah akan mendapat keselamatan, walaupun orang tersebut belum pernah mengunjungi Mekah. Sebab untuk menemui Allah dapat ditemui dimana saja tak terikat oleh tempat. Kapan saja dimana saja manusia berkeinginan menemui Tuhannya, berkeinginan menjadi tamu Allah, pastilah Allah bersedia menerimanya dan untuk menjadi tamu Allah pun tidak dibatasi oleh satu kelompok atau satu agama,
Jadi bila kita pakai akal sehat sangatlah sia-sialah seseorang berhaji dua atau tiga kali bila tak menemukan Hakikat Haji yang sebenarnya. Yang harus dikejar setelah orang berhaji adalah meningkatkan pengabdian sosialnya terhadap masyarakat sekitar, menambah wawasan keagamaannya, bahwa yang harus dikejar adalah bertemu dengan Allah, Tajali. Karena itu adalah tujuan akhir dari kehidupan manusia maupun orang yang berhaji.
Bila seseorang menggunakan akal maka pasti akan bertanya dalam hati “seseorang berhaji itu menjadi tamu Allah, tetapi manakah Tuan rumahnya yang bernama Allah itu?”
Bila pertanyaan itu dibawa ketika sedang wukuf di Padang Arafah, maka saat itulah saat yang tepat untuk berdiam diri merenungkannya. Maksud dan tujuan jemaah haji ber wukuf di Arafah adalah agar merenungkan pertanyaan di atas “dimanakah Allah berada? mengapa menjadi tamu-Nya tetapi tidak bisa menemuinya?”
Pertanyaan tersebut akan ditemukan jawabannya bila Anda berpengetahuan atau banyak membaca. Hadits Nabi menjawab pertanyaan Anda itu “Man Arafah nafsahu faqod arofah Rabbahu” Barang siapa yang mengenal jiwanya pastilah dia akan mengenal TuhanNya” “Al Insanu sirri wa Anna sirruhu”… manusia adalah rahasia-Ku dan Aku adalah rahasianya…. ”Qolanul Insan Baitur Rahiem” ….. Qolbu manusia adalah rumah Tuhan…..
Nah lebih dekat lagi adalah…. keberadaan beliau adalah lebih dekat dari Urat Nadi leher Anda sendiri
Sekali lagi sesungguhnya tujuan puncak dari ibadah haji adalah menemukan Allah, bukan hanya menjadi tamu, tetapi bertemu dengan Tuan Rumahnya, yang menurut ajaran Sufi menemukan Jati Dirinya di dalam dirinya sendiri. Untuk kemudian nantinya dapat pulang ke hadirat-Nya. Inna Lillahi wa inna illihi rajiun. ”Aku berasal dari Allah dan akan kembali pada -Nya”
Arifin

Senin, 21 Juni 2010

Di manakah Surga dan Neraka?


Umat beragama mengenal kata surga dan neraka sebagai tempat atau keadaan dimana jiwa manusia setelah wafatnya mengalami siksaan berupa derita dan sebaliknya ganjaran berupa keadaan yang menyenangkan. Istilah lain adalah siksa kubur dan nikmat kubur di kalangan umat Islam. Tempatnya adalah di alam barzakh atau api pencucian.
Jadi alam barzakh adalah alam dimana arwah manusia mengalami kedua peristiwa itu. Tetapi konon ada jiwa-jiwa yang langsung masuk surga, jadi tidak mampir ke neraka. Di dalam kitab suci Quran ada ayat yang menjelaskan bahwa ada jiwa-jiwa yang ditahan di alam barzah dan kemudian dilepas kembali agar kembali aktif meneruskan tugasnya di muka bumi yaitu mencari ilmu guna menyempurnakan diri.
Az Zumar ayat 42 :
“Allah menerima jiwa (orang) ketika matinya dan jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; Maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditetapkan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda- tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir.”
Jadi Allah menerima jiwa orang mati dan orang tidur di alam barzakh. Orang yang sedang tidur hanya beberapa jam sedangkan jiwa orang mati yang penahannya sudah cukup dilepas kembali ke muka bumi untuk suatu masa yang ditentukan untuk melanjutkan belajar hingga mencapai tujuan.
Arti suatu masa yang ditentukan adalah ketika sang jiwa itu dilepas kembali dibangkitkan melalui rahim ibu (lihat ayat No. 5 Al Hajj) yaitu sejak dilahirkan sampai usia kematiannya. Bisa di usia muda atau pun usia tua. Ini ada hukum sendiri yang mengatur. Itulah maksud dari ayat “suatu masa yang ditentukan”
Apakah tafsir ini tidak menyalahi penafsiran ulama-ulama dahulu. Sebab ulama-ulama dahulu mengatakan jiwa-jiwa orang mati itu ditahan di alam barzakh menunggu datangnya kiamat bumi kita ini.
Kita berterima kasih pada ulama-ulama dahulu yang telah berusaha menyiarkan dan mengamalkan ajaran Quran. Apa bila dalam penafsiran mereka itu salah mereka tetap mendapat satu pahala, apabila benar mendapat dua pahala. Ialah pahala beliau-beliau itu mau bekerja keras berijtihad. Semoga bahagialah mereka
Tetapi kini kita berada di milenium ketiga, zaman sudah banyak berubah maka agaknya perlu juga perubahan dalam penafsiran yang universal dan sesuai dengan maksud tujuan diturunkannya Quran. Perlu paradigma baru beragama.
Apakah maksud dan tujuan sebenarnya dari diturunkannya Quran bagi manusia.
Tujuan yang sebenarnya atau hakekatnya adalah untuk mengangkat derajat manusia ke tingkat yang tinggi di mana pun mereka berada. Sebagaimana ditugaskan kepada Nabi Muhammad yang bersabda “Tidak dibangkitkan daku ke muka bumi terkecuali untuk bertugas menyempurnakan akhlak manusia.”
Akhlak atau budi pekerti yang sempurna adalah dicontohkan oleh sang Nabi sendiri, yang dalam riwayat beliaulah manusia sempurna pengamal ajaran Islam yang patut diteladani.
Manusia yang sempurna dengan sendirinya adalah orang yang sudah suci, tablig, amanah, fatonah dan sidik, kesucian pikiran, kebebasan dari keserakahan, kebencian dan kegelapan batin dan beberapa kriteria lain-lainnya.
Lalu bagaimanakah bilamana seseorang sudah mencapai kesucian seperti Nabi?
Bilamana seseorang sudah menjadi suci seperti para Nabi, Wali-Wali dan Orang-Orang suci lainnya, merekalah yang pulang dahulu kembali kepada-Nya. Inna ilahi wa inna Illaihi rajiun. Nah dalam rangka kepulangan ke Hadlirat Illahi itulah kita semua untuk sementara berusaha meneladani kehidupan beliau-beliau menurut bakat kita masing-masing. Mereka para Wali atau Nabi atau orang suci lainnya itu akan mendapatkan tugas membantu Rencana Illahi. Di sana ada tujuh pilihan sesuai dengan bakat mereka masing-masing.
Jadi hakikatnya adalah bahwa “manusia itu adalah mahluk spiritual yang berasal dari Tuhan/Allah dan akan kembali juga kepada Tuhan/Allah”. Kita sekarang berada di bumi diberi pakaian badan jasmani, tetapi bila kita sudah mencapai kesucian tertentu, menjadi sempurna badan jasmani dilepas dan memakai badan cahaya, menjadi Insan Kamil.
Untuk mencapai kesucian dan kesempurnaan hidup itu tidak cukup manusia hidup satu kali. Jiwa harus turun ke bumi untuk menambah pengalaman hidupnya, beratus-ratus atau ribuan kali turun ke bumi. Setelah mengalami pencucian sekedarnya di alam barzakh. Bilamana jiwa-jiwa ditahan di alam barzakh hingga datang hari kiamat yang menurut para ahli perbintangan usia bumi sekitar 5 milyard tahun lagi, kapankah jiwa-jiwa itu akan belajar menambah pengalaman hidupnya mengamalkan syariat Muhammad agar menjadi sempurna seperti sabdanya? Kepada bangsa Arab pada masa itu karena masih dalam suasana jahiliyah (kebodohan) hanya diberitahu bahwa akan dihidupkan satu kali lagi di dunia masa depan/dunia yang akan datang/atau akherat dan diharapkan sudah mampu masuk ke dalam tingkatan terakhir sebagai manusia/atau menjadi manusia suci dan sempurna. Karena menjadi manusia adalah hanya satu tahapan lanjut setelah kita pernah hidup dalam kerajaan hewan, tetumbuhan, mineral. Dalam masalah ini ternyata Ulama dahulu mengambil penafsiran berdasarkan ajaran Kristen Katolik, yang mengajarkan bahwa kiamat itu datangnya kiamatnya nanti bumi. Dalam hal ini kita harus mampu memisahkan antara kiamatnya bumi dan kiamatnya manusia. Antara jagad besar dan jagad alit. Jangan dicampur adukkan begitu saja.
Jadi katakanlah bila sekarang di alam barzakh banyak jiwa-jiwa yang ditahan sejumlah 50 milyard sedangkan jiwa-jiwa yang sedang dibangkitkan di muka bumi kita keluarga kita dan masyarakat dunia kita sejumlah 10 milyard. Maka jumlah semua jiwa di alam dunia kita sekarang dan di alam barzakh ada 60 milyard. Nah, jadi ayat 42 Az Zumar itu adalah merupakan Hukum Siklus/Perputaran. Ada jiwa-jiwa orang mati yang ditahan dan ada jiwa-jiwa orang mati yang dilepaskan kembali. Itu bergiliran, yang usianya sudah tua, diistirahatkan dulu di alam barzakh (alam penantian) seraya mengalami pencucian. Untuk nantinya setelah istirahat dirasa cukup jiwa dibangkitkan kembali ke muka bumi. Berulang-ulang demikian selama sang jiwa belum mencapai kesempurnaan, tetapi bila sudah suci/sempurna dia tak perlu lagi turun ke bumi untuk menjadi manusia lagi.
Di samping itu ada ayat yang menjelaskan bahwa jiwa-jiwa di alam barzakh itu tidak lama. Ayat 51-52 Al Isra :
“…. Siapa yang akan membangkitkan/menghidupkan kami kembali? Katakanlah “Yang menciptakan kamu untuk pertama kali” lalu mereka mengeleng-gelengkan kepala mereka kepada dan berkata “Kapankah itu (akan terjadi)?” Katakanlah: ”Mudah-mudahan waktu berbangkit itu sudah dekat.”
“Yaitu pada hari Dia memanggil kamu, lalu kamu patuh seraya memuji-Nya dan kamu mengira bahwa kamu tidak berdiam (di alam barzakh) kecuali hanya sebentar saja.”
Jadi ulangan hidup atau kebangkitan itu akan selalu terjadi sebelum jiwa manusia mencapai tingkatan tertentu, untuk kembali kepada-Nya. Perhatikan ayat 4 surat Yunus :
“Hanya kepada-Nyalah kamu akan dikembalikan, sebagai janji yang benar dari Allah (inna lillahi wa inna illaihi rajiun). Sesungguhnya Allah mencipta kan makhluk pada awalnya, kemudian menghidupkan kembali (dibangkitkan kembali melalui rahim ibu Al Hajj : ayat 5) agar Dia memberikan pembalasan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh dengan adil ……”
Demikianlah setiap dihidupkan atau dibangkitkan kembali seseorang menerima pembalasan dari perbuatan baiknya sehingga semua amal-amal baik itu menjadi pengalaman atau pengetahuan yang akan mendekatkan dirinya lagi menuju kesucian tertentu hingga menjadi Insan kamil. Bila jiwa-jiwa orang mati selalu berada di alam barzakh kapankah mereka akan mendapatkan pengalaman untuk mengasah kecerdasan akal pikiran, perasaan, mengembangkan potensi Illahi dalam dirinya?
Demikianlah hidup dan mati adalah satu ujian sebagaimana ayat 2 Al Mulk : “Yang menjadikan hidup dan mati, supaya Dia menguji kamu, siapa di antaramu yang paling baik amal-amalannya …..”
Bila hidup hanya satu kali (katakanlah 100 tahun) dan ditahan di alam barzakh ribuan tahun, kemudian yang masuk neraka akan berada di sana selama-lamanya “kekal dalam neraka” apakah ada ke-Maha Pengasih dan Penyayang-Nya? dan Ke-Mahaadilan-Nya?
Jadi bilamana ada kelahiran bayi dari rahim ibu-ibu itu yang dalam Quran disebut kebangkitan, dan itu terjadi setiap hari di muka bumi ini. Jadi kemarin, sekarang dan besok adalah yang juga banyak bayi-bayi dilahirkan bisa dinamakan hari kebangkitan (bagi jiwa-jiwa bayi yang bersangkutan). Oleh karena itu kita harus pandai-pandai meletakkan arti bangkit pada pengertian yang sebenarnya. Ada kiamat Kubra dan kiamat Sugra atau wafatnya seseorang manusia. Perhatikan ayat 56 Ar Ruum : “Pada hari terjadinya kebangkitan/kiamat (sagir) berkatalah orang berdosa “mereka tidak berdiam (di alam barzakh) melainkan hanya sebentar saja.”
Ayat ini memperkuat ayat 42 Az Zumar (Hukum Siklus Jiwa-jiwa) bahwa jiwa-jiwa orang mati di alam barzakh ada yang ditahan sementara dan kemudian ada yang dilepaskan kembali untuk berbangkit. Kata berbangkit ini lebih tepat dari kata reinkarnasi atau ulangan hidup. Sebab memang peristiwa ini adalah agar potensi Illahiah sang jiwa selalu bangkit bertambah meningkat. Tuhan telah berfirman “ ... kamu pasti akan naik, maju setingkat demi setingkat (menuju kesempurnaan/Insan kamil) Al Insyiqaq ayat 19.
Demikianlah kitab suci Al Qur’an diturunkan di tanah Arab yang pada waktu itu moralnya sedang terjatuh mendekati hewan agar kembali kepada fitrahnya sebagai manusia yang bermartabat luhur.
Akhirnya perlu difahami benar-benar bahwa alam barzakh itu adalah alam keadaan ataupun tempat pensucian para jiwa-jiwa orang mati yang belum mencapai tingkatan kesucian tertentu. Setelah mengalami pembersihan dalam waktu tertentu jiwa-jiwa naik ke alam surga menunggu saat yang ditentukan pula untuk dibangkitkan kembali melalui rahim para ibu (kiamat sagir). Dalam hal ini bukannya tidak ada batas pencapaian kesucian tersebut, batasnya adalah hingga bumi ini masih sanggup memberi zat-zat kehidupan bagi makhluknya. Bila bumi sudah tidak mengandung zat-zat kehidupan lagi dan ada sebagian manusia belum mencapai tingkatan tersebut maka inilah satu diantara tujuan ajaran agama-agama agar segera dalam kehidupan sekarang berusaha mencapai kesucian. Bila tidak kita masuk ke dalam satu alam yang sangat tidak mengenakkan.
Hingga terbentuknya bumi yang akan datang sebagai gerak lanjut dari rencana Illahi menyempurnakan mahluk-mahluk-Nya mencapai kesucian tertentu. Inilah neraka sesungguhnya.
Jadi keberadaan alam surga dan neraka adalah bagian dari tujuh tingkatan alam/langit yang disediakan Allah bagi pengembangan jiwa-jiwa makhluknya menjadi sempurna seperti ‘Bapak yang ada di surga yang sempurna adanya’ demikian umat Kristen mengatakan.
Dalam ajaran Hikmah Illahi / Theosofi dikatakan bahwa surga adalah berada di alam Mental dengan tujuh sub-alam Mentalnya.
Sedangkan Neraka ataupun alam Pensucian adalah berada di sub-sub alam ke tujuh dan keenam dari alam Astral, alam ini berisikan getaran-getaran mengenai kebencian, iri hati /dengki, dendam, korup, serakah, sombong, marah, jahat, bangga dan sebagainya. Di dalam alam ini sama sekali tidak ada api, ataupun di alam manapun kecuali alam jasmaniah di sub alam padat, cair dan gas di bumi kita. Tetapi kita mengetahui dan merasakan bahwa rasa marah dan dendam bisa terasa lebih panas dari panasnya api LPG. Sub-sub alam kesatu, kedua dan ketiga di alam astral berisikan keindahan yang takkan tertandingi tempat manapun di dunia jasmaniah, berisi kasih nan murni, ketulusan, pengabdian yang tidak mementingkan diri sendiri dan sebagainya.
Manusia jiwanya akan tinggal di alam ini bilamana kehidupan sehari-harinya diisi oleh dirinya dengan sifat-sifat kasih, ketulusan dan pengabdian yang tak mengenal kepentingan diri, hingga selubung badan astralnya mati dan kemudian sang jiwa naik ke alam surga alam mental konkrit.
Demikian sang jiwa menikmati kebahagiaan yang tak ada taranya hingga datang waktunya untuk dibangkitkan kembali. Dilepas dari alam barzakh untuk turun ke bumi melalui rahim ibu dengan istilah kiamat (sagir) atau kebangkitan. (Al Hajj Ayat 5) Untuk menunaikan tugas yang diberikan sang Pencipta yaitu agar belajar kembali menambah ilmu hingga mencapai kesempurnaan seperti dikehendaki Nabinya.
Demikianlah tujuan sebenarnya adalah agar manusia kembali pada Tuhan-Nya. “Wahai jiwa-jiwa yang tenang kembalilah pada Tuhanmu dalam keadaan ridho dan diridhoi-Nya… “ (Al Fajr : 27).
Sesungguhnya Hanya Kepada Tuhanmu Kamu Kembali.

Ayahanda Arifin

Ibuku cuma punya 1 mata

Mamaku hanya punya 1 mata, aku membencinya..dia memalukan bagi aku. Dia memasak di SMP tempat Aku sekolah untuk biaya hidup kami.
Hari itu dia datang ke kelas dan menyapaku. Aku sangat malu,lalu mengacuhkannya dan berlari pergi.
Keesokan harinya, teman2 mengejekku, ingin rasanya aku menghilang. Saat pulang, aku berteriak kepadanya “Kalau kau hanya ingin membuatku jadi bahan tertawaan, kenapa kau tidak mati saja?!” Aku benar2 marah saat itu.
Aku bertekad keluar dari rumah itu dan tidak berhubungan dengan dia sama sekali. Jadi, aku belajar dengan semangat dan akhirnya mendapat beasiswa belajar di Singapura. Aku menikah, punya anak dan bahagia dengan kehidupanku.
Sampai suatu hari, Mama datang ke Singapura untuk menjenguk, saat di depan pintu, anak2ku melihat dan ketakutan, saat itu juga aku berteriak “Beraninya kau datang ke rumahku, pergi dari sini, kau hanya menakuti anak2!!” Dia terkejut dan menjawab “Maafkan saya, mungkin saya salah alamat”
Setahun kemudian, datanglah undangan reuni SMP. Aku hadir. Setelah itu,aku sempat melihat 1 rumah, dimana aku tinggal saat itu, hanya ingin tahu dan kata seorang tetangga mama sudah meninggal, aku tidak meneteskan air mata. Tetanggaku memberikan surat yang Mama ingin aku membacanya.
“Anakku tercinta, aku memikirkanmu setiap saat, Maafkan aku saat datang ke Singapura dan menakuti anak2mu dan juga maafkan aku membuatmu malu di depan teman2mu dulu.. Semoga kamu mengerti.. Waktu kecil kamu mengalami kecelakaan dan kehilangan 1 mata, sebagai Mama, aku tidak sanggup melihatmu tumbuh dengan 1 mata,jadi aku memberikan milikku.. Aku bahagia karena anakku akan memperlihatkan seluruh dunia untukku dengan mata itu..
-With Love, Mama-
From the book LOVE-IN-SILENCE